Minggu, 03 Mei 2009

Salah diagnosis: Demam berdarah

Pagi ini aku baca rubrik konsultasi ini di kompas

” Saat menjadi donor darah, darah suami saya tidak bisa digunakan dan dinyatakan hepatitis B karier. Padahal, selama ini suami saya tak mempunyai keluhan. Pertengahan tahun lalu suami saya dirawat karena gejala tifus, dokter juga memikirkan kemungkinan demam berdarah. Perawatan berjalan baik dan suami saya dinyatakan sembuh. Setelah itu suami saya hanya sekali berobat jalan untuk masalah hepatitis B karier.”

Suamiku juga pernah dicurigai demam berdarah. Kejadiannya pas mau operasi verikokel. Syarat operasi kan pake cek darah lengkap, urin dan rontgen thorax. Hampir semua parameternya masuk dalam kisaran normal, kecuali trombosit. Nilainya jauuuh di bawah standar normal. Dokter bedahnya merefer suamiku untuk periksa ke dokter penyakit dalam. Soalnya dokter bedahnya curiga demam berdarah. Karena kita bukan tergolong operasi darurat, maka operasi sementara ditunda sampe ada approval dari dokter penyakit dalam. Kita sempet ngeyel, demam berdarah kan ada tulisan ”demam” ya ... lha ini suamiku gak ada tuh tanda2 demam. Bintik-bintik kulit juga nggak. Kok bisa?


Ada beberapa hal baru yang kutahu tentang demam berdarah. Manifestasi klinis infeksi virus Dengue pada manusia sangat bervariasi. Spektrum variasinya begitu luas, mulai dari tanpa gejala, demam ringan yang tidak spesifik, Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue, hingga yang paling berat yaitu Dengue Shock Syndrome (DSS). Nah kata dokter SP.PD-nya bisa jadi suamiku termasuk yang kategory tanpa gejala. Pada penyakit ini yang diserang tuh trombositnya sampe jumlahnya turun menukik tajam. Sehingga dengan nilai trombosit 90.000 /ml darah yang mana masih terancam nilainya bisa mlorot lagi, ini udah masuk ke ciri-ciri tahap mengkhawatirkan. Karena untuk beberapa orang .. dengan nilai trombosit segitu tuh .. bisa bleeding dari hidung, telinga, dll.

Huff .. ngeri deh. Akhirnya, suami cek .... eh ternyata ..

NEGATIF

artinya bebas dari status tersangka demam berdarah.

Seneng dong??? Oh nggak juga sih ... Lah!!! Hayoh .. kok malah gitu?

Ya penasaran banget lah!!! ... kalo orang normalnya idup dengan trombosit 250.000an ke atas, kok bisa trombosit suami cuman tinggal segitu ... kalo gak ada apa-apanya. Ya nggak??. Untuk sementara status penyakit suami adalah trombositopenia.

Setelah berbulan-bulan penarasan dan cek lab kesana-kemari, akhirnya baru kita tahu ternyata trombositopenia itu juga secara tidak langsung disebabkan karena hepatitis b. Seperti yang diceritain disini, kondisi hati yang bermasalah membuat limpa bengkak (splenomegaly). Kondisi limpa bengkak ini dah jadi lingkaran setan aja buat kondisi darah suamiku.

Tugas limpa kan antara lain menghasilkan, memantau, menyimpan dan menghancurkan sel darah. Splenomegaly membuat rongga-rongga limpa membesar. Jika limpa membesar, kemampuannya untuk menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat. Oiya, sekaligus juga menghancurkan sel-sel darah tersebut. Sehingga splenomegali dapat menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah, sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi. Limpa yang bengkak ini menangkap lebih banyak sel darah yang abnormal dan bahkan yang masih normal, dan sel-sel ini akan menyumbat limpa dan mengganggu fungsinya. Dan inilah lingkaran setannya, makin banyak sel yang terperangkap dalam limpa, maka limpa akan semakin membesar; semakin membesar limpa, maka akan semakin banyak sel yang terperangkap. Oh dear ...

Makanya penderita hepatitis sering didiagnosis salah dikiranya terkena demam berdarah. Namun bedanya, jika terkena demam berdarah trombosit turun drastis (dari 250.000an sampe 60.000 .. trus bisa naek drastis balik ke harga awal juga jika sembuh. Tapi kalo hepatitis dengan limpa membengkak, maka nilai trombositnya steady di kisaran harga rendah dalam jangka waktu lama.

Read the rest of this entry...